Bagai Serigala
Berbulu Serigala
Fenomena Papa Novanto
Sufyan Tsauri Wahid
Mannuruki, 4 Oktober 2017
Selalu
saja domba-domba buruannya berlari menghindar ketika ia mendekat, namun serigala
tak menyerah dan tak habis akal. Segera ia mengatur strategi untuk mengelabui
domba-domba. Ia kemudian menutupi dirinya dengan bulu domba dari hasil buruan
sebelumnya sehingga terlihat persis sama dengan domba. Akhirnya dengan mudah ia
menipu dan menyelinap ke tengah kerumunan domba dan menerkam begitu ada
kesempatan. Begitulah ia berkali-kali berhasil mengelabui kawanan domba bahkan
si pengembala meski dengan strategi yang sama. Mungkin dari situlah lahir
peribahasa “bagai serigala berbulu domba”.
Tetapi
kini, serigala-serigala ini telah melepas pakaian dombanya. Dengan terang-terangan
mereka begitu percaya diri masuk dalam kawanan domba. Bahkan si pengembala pun
kini tak bisa berbuat apa-apa melihat domba-dombanya dimangsa. Ada yang pasrah,
ada yang berdoa agar ajalnya ditangguhkan, ada pula yang mencoba berkawan dan
menarik hati serigala. Ada apa? Sudahkah serigala begitu kuat? Ataukah serigala
telah berhasil pula menjalankan strategi barunya? Menyogok si pengembala dengan
jaminan keselamatan dan kesejahteraan sehingga leluasa berbuat semaunya.
Sekarang serigala lah yang telah menjadi pengusa.
Ini
hanya sebuah dongeng dari negeri antah berantah yang entah kenapa begitu
konteks ketika ditarik ke realitas negeri Nusantara. Keseriusan pemerintah
dalam memberangus para koruptor di negeri kembali dipertanyakan oleh rakyat
pasca bebasnya “papa”. Pejabat yang seharusnya menjadi pelayan karna telah
dibayar dengan pajak tak henti-hentinya menggerogoti kekayaan negara untuk
memperkaya diri dan sanak saudara. Lebih parahnya lagi ketika setelah
ditetapkan tersangka oleh KPK, praperadilan menjadi benteng terakhir pertahanan
mereka dan tidak sedikit dari para tersangka itu yang “selamat”. Kini pejabat
yang seharusnya mengangkat harkat dan martabat rakyat justru membuatnya semakin
melarat.
Jika
kasus pencurian semangka, pencurian sandal, pencurian soundsystem yang
pelakunya adalah rakyat jelata kemudian dengan mudahnya diadili dan
dipenjarakan. Lalu bagaimana dengan kasus triliunan ini? Masyarakat Indonesia
telah dewasa dan cerdas untuk menyimpulkan sendiri. Kini serigala tak lagi
berbulu domba, bahkan seriga ini telah ditelanjangi. Namun masih saja ia bebas
dan akan memangsa kembali. Jawabannya hanya satu. Kita telah buta atau sengaja
menutup mata.

0 komentar:
Posting Komentar