Selasa, 03 Oktober 2017

Tuhan Tak Mau Malu


                “Biar telanjangko, biar berapa massa mu bawakan, nda bakalan na trima tuntutanmu pak rektor.” Ucapan ini sontak membuat semangat kawan-kawan untuk berjuang sempat kendur. Ditambah dengan intervensi dari birokrasi yang menekan sana-sini yang merupakan imbas dari aksi sebelumnya. Namun sebagai sesama fungsionaris LK sudah kewajiban untuk    harus saling menyemangati. Meskipun kami sudah memprediksi bahwa jumlah massa yang akan bergabung nantinya lebih sedikit dari massa aksi sebelumnya. Namun hari telah ditetapkan, Rabu 26 September 2017, berapapun jumlah massa aksi yang tergabung rencana tetap dilaksanakan.

                Seperti biasa sebelum berangkat mengikuti aksi-aksi demonstrasi, kusempatkan untuk selalu berdo’a di sudut kamar sempitku ini. Kalaupun ada waktu kusempatkan untuk mengambil air wudhu dan mendirikan 2 rakaat shalat Sunnah. “Selamatkanlah massa aksi kami, selamatkanlah polisi kami, selamatkanlah pimpinan kami”. Kututup shalatku dengan doa tersebut. Sampai hari inipun aku masih bingung, siapa yang mengajariku seperti ini?
                Kami berkumpul sekitar jam 10 pagi, karna sedikit kendala acara aksi baru bisa dimulai jam 2 siang. Tepatnya di tengah jalan AP.Pettarani depan kampus pinisi. Satu persatu kawan-kawan berorasi dengan suara yang lantang dan tegas meskipun disana-sini reporter gadungan mengabadikan gambar yang karna jasanya wajah-wajah orator sampai ke smartphone birokrasi. Namun tidak sedikitpun ragu kulihat dan kudengar dari orator-orator kita. Sesekali orasi ilmiah diselingi dengan nyanyian atau puisi. Damai sekali hari itu, pengguna jalan dan polisi ikut menikmati.
                Satu jam lebih massa bergantian orasi sembari menunggu pimpinan untuk menemui kami namun mereka tetap saja  berdiam diri menatap dari kejauhan. Aku mulai cemas, semoga saja kami tidak dibiarkan sampai polisi kemudian membubakarkan. Kecemasakanku buyar ketika moderator memanggilku untuk naik ke mimbar aksi. “Ya.. selanjutnya kami undang mantan presiden BEM FMIPA UNM untuk menyampaikan orasinya”. Apa yang mau saya sampaikan? Aspirasiku sudah terwakilkan oleh orator-orator sebelumku. Aku terus berpikir sembari menaiki mimbar aksi.
                “Kawan-kawanku sekalian. Allah telah menjanjikan bahwa Allah takkan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu yang mengubahnya sendiri. Jangan patah semangat, Insya Allah setiap keringat kawan-kawanku sekalian akan bernilai ibadah disisi-Nya. Hari ini kita akan menang..!!”. Spontan kubuka kalimat orasiku dengan ucapan itu dan kututup dengan salam setelah 3 menit berbicara, saya kemudian  kembali ke barisan massa aksi.
                Tidak lama kemudian Rektor siap menemui dan berdialog dengan massa aksi. Alhasil tuntutan mahasiswa kemudian dikabulkan. Sontak massa aksi berdiri dan berteriak merayakan kemenangan. Mahasiswa, polisi, dan birokrasi kemudian bersalam-salaman yang mempertegas damainya hari itu.
                Dengan senyum-senyum sendiri kurebahkan tubuhku di atas kasur antikku. Dalam hati aku bergumam “Andai saja tuntutan hari ini tidak dikabulkan, Engkau akan berhasil membuatku malu di hadapan ratusan temanku yang telah kujanjikan kemenangan dengan ayatMu. Tapi sebanarnya aku pun yakin bahwa Engkau pun tidak mau malu dihadapan hambaMu ini”. Dan andai saja aku mampu mendengar suaraMu Engkau pasti akan membalas “Daripada kau dan teman-temanmu nekad untuk aksi telanjang, lebih baik cepat-cepat Kukabulkan doamu. Aku akan lebih malu dilihat malaikat punya hamba sepertimu”
                Aksi demonstrasi bagiku adalah perjalanan spiritual. Di jalanan aku berharap aku akan lebih dekat denganNya. Karna bukankah Dia ada dimana-dimana? Aku tidak mengatakan aksi ini berhasil berkat doa ku, namun biarlah aku belajar dengan caraku sendiri.


                

TSAURI

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.