Senin, 09 Oktober 2017

"Menikmati" Kesalahan

Bad news is a good news" begitulah para filsuf menilai media massa hari ini. "Bad news" nya jelas kebohongan besar telah dilakukan Dwi. "Good news" nya? Itu terserah pembaca. Apakah beras yg masih mentah ini akan kita olah jadi apa? Jadi sokko kah? Jadi kaddo kah? Jadi tape kah? Ataukah hanya setengah matang? Lalu dengan lahap kita makan. Buktinya dengan respon netizen hari ini menguatkan slogan di atas. Dwi telah dicaci, dihujat, dihukum oleh universitasx, di hukum oleh bangsanya. Media telah berhasil membuat netizen "menikmati" kebohongan Dwi.

KPK mengungkap kebohongan si anu, jaksa mengungkapkan kebohongan si anu, polisi ungkap kebohongan si anu, lantas ini? Dwi mengungkapkan kebohongan Dwi. Minta maaf pula. Jika dibandingkan dengan papa sakti itu yang tidak tahu diri Dwi masih lebih terhormat. Apakah sudah tidak ada kesempatan bagi Dwi untuk memperbaiki diri?

Dwi telah jelas berbohong. Tapi tidakkah ia telah menyisakan cerita heroisme anak bangsa? Yang sangat ingin membuat negrinya bangga? Salahkah jika ia berimajinasi mampu menyaingi bangsa lain? Apakah salah jika kisahnya di filmkan toh film memang tidak selamanya harus nyata? Asalkan mampu memberi nilai pada penikmatnya?

Karna media dan respon netizen yang bertubi-tubi semoga saja tidak membuat mental dan semangat Dwi sesak sampai akhirnya mati. Kalaupun karna respon yang berlebih ini membuat Dwi mati ijinkanlah ia menulis surat wasiat sejenak "kepada saudara-saudaraku ilmuan dimanapun kalian berada. Di biayai negara ataupun tidak. Kutitipkan impian dan cita2 tinggiku ini untuk mengharumkan nama bangsa,"


TSAURI

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.